C.Kehidupan - Direktur Operasional Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde datang saat ekonomi Indonesia bergejolak. Perlambatan ekonomi terus terjadi. Diperparah anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Tidak heran jika kabar kedatangannya diikuti berbagai spekulasi. Utamanya soal utang mengingat Indonesia cukup lama terbelit utang IMF sebelum akhirnya benar-benar bebas dari utang lembaga keuangan internasional itu pada 2006.
Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati mengingatkan pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo untuk berhati-hati terhadap motif tersembunyi yang mungkin akan dijalankan IMF.
"Memang kehati-hatian itu harus. Jadi bukan kita curiga (kepada IMF) tapi betul-betul kita harus hati-hati supaya kita tidak terjerembab pada lubang yang sama," tutur Enny di Kampung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (29/8).
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Menkopolhukam Luhut Panjaitan hingga Wakil Presiden Jusuf Kalla kompak menepis spekulasi tersebut. Agus Marto menjelaskan bahwa mantan menteri keuangan Prancis itu datang atas undangan pihaknya. Kedatangannya untuk membicarakan perkembangan ekonomi dunia dan respons negara Asia menyikapi kondisi ekonomi terkini.
Luhut menegaskan, kedatangan bos IMF tersebut tidak sama seperti saat petinggi IMF datang ketika Indonesia dilanda krisis pada 1997-1998. Hal serupa diutarakan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Wapres menjelaskan, pemberian utang dari lembaga mana pun, termasuk IMF, selalu didahului permintaan dari negara yang bersangkutan. Dan JK menegaskan, hingga saat ini tidak ada pengajuan utang dari pemerintah Indonesia kepada IMF.
"Ya kalau kita tidak minta, bagaimana menyalurkannya? Utang itu diminta dulu. Kalau tidak diminta macam mana? Enggak lah, kita tidak minta ke IMF," kata JK.
Lagarde akhirnya mendarat di Indonesia pada 1 September 2015. Agenda pertamanya memberikan kuliah umum di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Di hadapan para mahasiswa, Lagarde banyak bicara soal kondisi ekonomi dunia. Dia juga mengumbar pujian pada Indonesia. Mulai dari potensi ekonomi dan SDM-nya sampai soal tokoh-tokoh panutan seperti Soekarno dan Sri Mulyani.
Malam harinya Lagarde bertemu dengan Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri. Usai pertemuan, Presiden Joko Widodo menegaskan kedatangan Lagarde hanya untuk membicarakan kondisi ekonomi terkini. Jokowi membantah bila IMF memberikan tawaran utang kepada Indonesia.
"Enggak ada, enggak dibicarakan masalah itu (utang). Kedatangan ke sini untuk urusan yang annual event 2018, itu saja. Enggak ada yang lain," tegas Jokowi di Istana, Jakarta, Selasa (1/9).
Namun, IMF datang bukan tanpa motif tertentu. Itu terungkap saat Lagarde menjadi pembicara dalam seminar bertajuk "Future of Asia's Finance: Financing for Development 2015" di gedung Bank Indonesia, Rabu (2/9).
Motif tersembunyi IMF nampak ketika Lagarde bicara soal sektor infrastruktur yang menjadi fokus pembangunan negara-negara Asia, termasuk Indonesia. IMF memaparkan, kebutuhan dana pembangunan infrastruktur mencapai USD 8 triliun untuk 10 tahun mendatang. Dana yang besar ini tidak mampu dipenuhi hanya dari anggaran negara.
Christine Lagarde mengungkapkan keinginan IMF berpartisipasi melalui pemberian bantuan pendanaan di sektor infrastruktur. "Demi memperkuat sebuah kebijakan fiskal, IMF dapat membantu dengan mulai dari perencanaan yang matang, kontrol pengeluaran yang efektif dan peningkatan mobilisasi penerimaan pajak," kata Lagarde.
Meski seolah menawarkan 'jasa' memberikan pinjaman bagi negara yang membutuhkan dana untuk pembangunan infrastruktur, Lagarde membantah jika kedatangannya ke Indonesia dan pertemuannya dengan Presiden Jokowi terkait pinjaman atau utang.
"Tidak, saya menyesal mengatakannya dan mengecewakan anda semua, tapi tidak," tutur Lagarde.
Dia pun menegaskan, IMF juga tidak memberikan rekomendasi kebijakan apapun kepada pemerintah Indonesia.
"Saya tidak ke sini untuk membicarakan soal pinjaman apapun. Jadi blak-blakan saya bilang tidak," tegas Lagarde.
0 comments